Akhir-akhir ini saya menemukan banyak sekali alasan untuk bosan. Rasa bosan tersebut masih harus diakumulasi dengan perasaan exhausted yang membuncah -ketika setelah sekian jurnal bahasa yang saya baca tidak juga memberi saya ilham untuk menentukan judul skripsi agar bisa saya selesaikan akhir April nanti. Barangkali kebosanan saya ini sama besarnya dengan apa yang dirasakan oleh orang-orang DPR. Anda tahu, mereka sedang bernafsu membangun gedung baru senilai triliunan rupiah. Hipotesa saya, mereka hanya bosan dengan gedung lamanya yang tidak memiliki tempat spa, kolam renang, dan fasilitas hotel bintang lima lainnya. “Ini untuk mengoptimalkan kinerja anggota kita,” ujar Marzuki Alie, ketua DPR yang sekaligus merupakan makhluk paling lucu di seantero Sinayan.
Ah, mereka memang orang-orang membosankan yang bahkan terkadang bosan dengan dirinya sendiri. Maksud saya, dari ungkapan Pak Marzuki itu saya bisa menarik satu kesimpulan: Dia seperti sadar bahwa selama ini dirinya tidak pernah bekerja dengan optimal. Namun di sini dia sendiri mustinya juga sadar bahwa meskipun dia dan anggotanya sudah berpelesiran ke luar negeri atas nama studi banding, rapat dan sidang di hotel bintang lima ke atas sekalipun, toh hasil kerja mereka tetap segitu-gitu saja.
Tapi mungkin ada benarnya, Pak Marzuki ingin gedung baru dengan anggapan anggotanya akan lebih optimal bekerja. Apes-apesnya, dalam sebuah rapat, mereka akan bisa terlihat patriotik karena memerjuangkan berdirinya bangunan berbentuk U terbalik tersebut meski harus dengan alasan yang lucu-lucu: demi bisa bekerja lebih baik pada rakyat. Perilaku aneh ini bukan hanya sekali, melainkan sudah berulangkali. Jadi saya pikir mereka memang orang-orang yang membosankan, bahkan untuk diri mereka sendiri.
Saya pribadi tahu bahwa saya sama sekali tidak punya wewenang menyalahkan jurnal atau apa saja yang sudah saya baca atas lambannya penulisan skripsi saya. Saya hanya tak mau ikut-ikutan anggota dewan yang menyalahkan gedung atas lemahnya kinerja mereka selama ini. Meski saya juga tahu, kemalasan saya terhadap skripsi tak lebih baik dengan malasnya mereka saat menghadiri sidang. Tapi setidaknya, saya tidak terlalu hobi membuka video yang memertotonkan burung saat sedang bermalas-malasan atau bosan dengan tugas. Seperti kasus beberapa hari lalu, seorang legislator di senayan sana diam-diam membuka video tentang burung via komputer tabletnya saat sedang sidang.
Dari sini tolong izinkan saya sedikit melebar dan membuat catatan untuk perilaku anggota dewan yang satu ini. Percayalah, saya tak pernah merasa harus keberatan jika ada seseorang melihat video tentang burung. Sebab melihat burung sama sekali bukan pelanggaran hukum. Di negeri ini, anda tahu, anda bisa bebas melihat burung-burung bagus di toko hewan. Anda bahkan bisa membelinya bersama sangkarnya dan pakannya pun tidak terlalu mahal. Tapi mengingat hal itu dilakukan saat sidang dewan sedang berlangsung dan yang melakukannya adalah peserta sidang, maka sudah tentu hal itu patut dipermasalahkan. Masalahnya jelas, dia sudah dibayar mahal hanya untuk sekadar sidang.
Well, kembali pada skripsi. Sekarang, ketika hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, saya semakin gelisah. terpojok sebab tak bisa menyalahkan siapa-siapa atas lambatnya penulisan skripsi ini. Konyolnya, saya tak pernah merasa kegiatan menulis menjadi terasa begitu berat seperti menulis skripsi. Padahal, anda tahu, saya tak pernah kesulitan membuat essay maupun cerpen bahkan artikel ilmiah sekalipun. Bayangkan saja, jika dalam sehari saya bisa menulis 2-4 halaman essay, maka bisa dibayangkan dalam seminggu berapa halaman yang bisa saya tulis. Dan katakanlah untuk menulis sebuah penelitian deskriptif kualitatif membutuhkan setidaknya 70-100 halaman, maka saya hanya perlu 3 minggu saja untuk menyelesaikan skripsi saya.
Huft… Baru saya sadar sekarang. Lawan saya ketika dituntut segera menyelesaikan skripsi ternyata hanyalah satu, anggota dewan! Ya, merekalah yang menginspirasi saya untuk malas dan bersikap manja. Saya jadi berharap akan ada seorang dermawan yang mau membelikan saya notebook baru dilengkapi modem dan printer dengan spesifikasi terbaik. Anda tahu, modem akan membantu saya mencari referensi tulisan ter-up date, sedang printer akan mengurangi pengeluaran saya saat harus mencetak semua penulisan hasil penelitian yang masih harus berkali-kali direvisi. Percayalah -dengan sedikit mencontek gaya Pak Marzuki Alie- saya akan bekerja lebih optimal dengan itu semua. Dan belajar dari pengalaman anggota pak Alie, saya pun tak akan berani mengisi notebook baru tadi dengan video-video burung. ^^
surabaya, 15 april 2011.
ketika dini hari tak lagi dapat merayuku mengantuk...
hwahahakakakakakak
BalasHapusjangan gitu syah. ayo smangattt!!!
jangan cuma awas aja tapi dihadapi.
BONEK is the best!
kamu bilang mau bantu ngerjakan...
Hapuskapan?