Me Time Vs Writer’s Block

Konon, setiap dari kita pasti pernah mengalami masalah dengan mood yang bisa mengurangi hasrat kita terhadap sesuatu.  Misalnya ketika anda kehilangan hasrat untuk makan setelah seorang teman bercerita hal-hal yang membuat anda menjadi mual. Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana cara mambangun kembali mood tersebut? Jawabannya sebenarnya sederhana, anda tidak mungkin berhenti makan selamanya!

Beberapa jam yang lalu seorang kawan baik menanyakan hal serupa namun dengan subyek pembicaraan yang berbeda. Saya kira dia adalah orang kesekian yang mengaku memiliki hasrat menulis atau menjadi seorang penulis. Namun di saat yang bersamaan, hasrat itu, ia akui sedang mandek. Entah oleh waktu luang yang tidak memungkinkan atau kadang juga karena mood. Dalam istilah populer dunia kepenulisan, gejala mandeknya proses kreatifitas menulis biasa disebut dengan writer’s block.

Airport

Baru saja kupejamkan mata. Saat aku membukanya, aku baru tersadar bahwa banyak yang akan aku rindukan setelah ini. Aku ingat saat pertama kali masuk kuliah, ketika pertama kali bertemu denganmu: sebuah ruangan bernama T4.03.11, 12 Sepetember 2007. Sweater hitam dengan bawahan accent blue jeans. Aku hanya melihat bahumu saat mendengar nama Berliana Galuh dipanggil yang kemudian diikuti oleh acungan tangan kananmu. Dalam satu undian, kamu sekelompok denganku. Dan hei, aku jadi punya nomer ponselmu. Aku pun mengajakmu keluar pertama kali pada malam rabu menjelang akhir semester 1. Apa kamu sadar, Lian? Aku belum pernah segugup itu berhadapan dengan seseorang. Bahkan sampai hari ini, belum kutemukan rasa gugup yang sama dengan waktu itu. Yah, ada kekuatan di wajah kamu yang selalu bisa membuatku kehilangan kemampuan berbahasa saat menatapnya. Ah, dasar Jelek...