Kita mungkin pernah melihat bangunan yang dari luar terkesan waah, tapi dari dalam bagai kapal pecah. Logika kebalikan berlaku di sini. Ada juga bangunan yang dari luar biasa-biasa saja namun dari dalam tampak asyik dan bikin betah. Dari situ, kita mulai bisa membedakan antara seni arsitektur eksterior dengan desain interior.
Penampilan luar memang cenderung penting bagi kebanyakan orang. Mereka yang sibuk dengan penampilan luar, mungkin hanya akan memperhatikan penampilan luar saja. Itu pun dilakukan dengan penilaian yang cukup singkat. Tamannya bagus; teras megah; bangunan tiga lantai dengan mengadaptasi atap joglo sebagai atap bangunannya. Praktis kita tidak akan banyak bermasalah dengan desain arsitek eksterior semacam itu. Dan jika kita ingat-ingat lagi, kita juga hampir tidak pernah berfikir buruk tentang orang-orang yang berpakaian rapi. Jika ada dan sedang apes, mungkin itu merupakan ibu-ibu rumah tangga yang paranoid dengan sales kreditan. ^^’
Saat hunian selesai dibangun dan siap ditinggali, barulah desain interior diperlukan. Kita perlu memilih dan juga menata apa-apa yang sekiranya akan memasuki rumah kita. Kita akan dianggap sebagai pribadi yang efisien dan minimalis jika mampu memilih perabot yang diperlukan dengan menempatkannya di sudut yang presisi di hunian kita. Lantas kata teman-teman saya yang mengerti seni, orang akan dipandang memiliki kedalaman jiwa jika bisa menata dan memilih perabot dengan tidak hanya memperhatikan asas kegunaan dengan ketepatan penempatan suatu perabot, melainkan juga nilai-nilai yang lain meliputi estetika dan juga visualisasi prinsip dari yang empu-nya rumah.
Entahlah, saya tidak terlalu memahami apa itu visualisasi prinsip. Dan biarkan saya dengan sekonyongg-konyong memahaminya sebagai suatu ketetapan hati. Atau, kawan-kawan yang merasa dirinya aktivis, mungkin akan menyebutnya idealis. Di mana keindahan akan benar-benar indah jika ia bertahan lama dan cenderung ‘keras kepala’. Ini disebabkan oleh baik kesan indah desain arsitektur maupun desain interior hanya akan berlaku di awal berdirinya satu hunian. Sedang untuk jangka panjangnya, tetap kepribadian si penghuni yang menentukann wujud dalaman huniannya. Apakah dia senantiasa merawatnya, atau sebaliknya, mengabaikannya.
Bagi pribadi yang hanya mementingkan tampilan luar, agaknya patut mewaspadai tamu yang sekiranya memiliki kedalaman jiwa semacam teman-teman dari Jurusan Seni Rupa saya tadi. Meski seringkali berpenampilan luar yang serba serampangan, mereka cenderung memperhatikan detail terkecil dari sesuatu. Bisa jadi dalaman suatu hunian juga termasuk di dalamnya. Kalau ingin tahu watak seseorang, kata mereka, masuk dan perhatikanlah ke toilet huniannya. Di situ aslinya seseorang akan kelihatan. Anda tahu, kamar mandi merupakan tempat paling privat setelah kamar tidur. Tidak banyak orang luar yang dapat mengaksesnya tanpa seizin penghuninya. Maka untuk membaca kepribadian ataupun kualitas intelektual suatu civitas (masyarakat) kampus, kita tinggal menengok toilet kampusnya. Sesekali, tengoklah jika ada waktu. ^^
lha,,
BalasHapus"Maka untuk membaca kepribadian ataupun kualitas intelektual suatu civitas (masyarakat) kampus, kita tinggal menengok toilet kampusnya"
saya langsung membayangkan tuilet kampus saya yang sulit dibilang bersih dan sukar dibilang layak mas ..berarti... *horor*
iya, sepertinya saya juga berkuliah di kampus yang sampean maksud itu. hehehe
Hapussalam kertas ^^
rebel... hehehe
BalasHapus^_^
HapusKau paham sekali bagaimana caranya menggunakan metafora
BalasHapus