Konon, setiap dari kita pasti pernah mengalami masalah dengan mood yang bisa mengurangi hasrat kita terhadap sesuatu. Misalnya ketika anda kehilangan hasrat untuk makan setelah seorang teman bercerita hal-hal yang membuat anda menjadi mual. Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana cara mambangun kembali mood tersebut? Jawabannya sebenarnya sederhana, anda tidak mungkin berhenti makan selamanya!
Beberapa jam yang lalu seorang kawan baik menanyakan hal serupa namun dengan subyek pembicaraan yang berbeda. Saya kira dia adalah orang kesekian yang mengaku memiliki hasrat menulis atau menjadi seorang penulis. Namun di saat yang bersamaan, hasrat itu, ia akui sedang mandek. Entah oleh waktu luang yang tidak memungkinkan atau kadang juga karena mood. Dalam istilah populer dunia kepenulisan, gejala mandeknya proses kreatifitas menulis biasa disebut dengan writer’s block.
Itu terdengar seperti penyakit yang sama kejamnya dengan kangker, mungkin juga stroke ringan, atau bisa juga flu tulang. Kesemua penyakit tersebut akan membuat anda kehilangan banyak mood, bahkan waktu. Sebab sebagian besar waktu anda hanya akan habis untuk terus menganggap gejala tersebut sebagai sesuatu yang krusial. Dan pada akhirnya anda pun benar-benar terganggu dengan itu dan berhenti berhasrat.
Menulis, saya sepakat bahwa kegiatan tersebut membutuhkan waktu luang dan mood di samping hasrat untuk melakukannya. Salah seorang penulis kawakan menyebutnya me time. Jika ada waktu luang namun sedang tidak mood, menulispun menjadi kegiatan yang sukar. Hal yang sebaliknya akan berdampak sama.
Beda lagi jika anda seorang jurnalis. Tidak peduli anda memiliki me time atau tidak, anda tetap harus mengumpulkan tulisan pada media massa tempat anda bekerja. Itu pun jika anda tidak ingin menambah jumlah pengangguran di republik ini.
Beda lagi jika anda seorang jurnalis. Tidak peduli anda memiliki me time atau tidak, anda tetap harus mengumpulkan tulisan pada media massa tempat anda bekerja. Itu pun jika anda tidak ingin menambah jumlah pengangguran di republik ini.
Jadi saya sarankan kepada siapa saja yang memiliki mimpi menjadi seorang penulis produktif, menulislah seolah anda sedang bekerja di media massa. Meski anda seorang guru atau pegawai Telkom, media massa yang sudah mengontrak anda untuk menulis tidak akan pernah peduli berapa banyak me time yang bisa anda dapatkan di tengah kesibukan berganda anda.
Atau jika memang anda enggan menganggap menulis sebagai sebuah profesi sebagaimana seorang jurnalis menganggapnya, melainkan sekadar hobbi, maka anda bisa menganggap kegiatan menulis sebagai candu. Seperti candu kita terhadap makanan, anda akan menderita jika tidak menulis. Selain candu, saya kira anda harus terlebih dahulu jatuh cinta terhadap apa yang anda tulis. Percayalah, hal itu sangat manjur.
Jika anda ingin menulis sebab ayah anda seorang penulis atau karena anda iri melihat banyak teman anda yang menulis sehingga anda berhasrat untuk melakukan hal yang sama dengan mereka, anda hanya akan mendapatkan beban dan terus meratap layaknya seorang presiden. Saya sarankan bagi orang semacam itu untuk keluar rumah dan mencari sesuatu untuk dijadikan alasan yang lebih bagus kenapa dia ingin menulis. Sesuatu yang lebih bisa membuat dia jatuh cinta pada tulisan.
Jika anda ingin menulis sebab ayah anda seorang penulis atau karena anda iri melihat banyak teman anda yang menulis sehingga anda berhasrat untuk melakukan hal yang sama dengan mereka, anda hanya akan mendapatkan beban dan terus meratap layaknya seorang presiden. Saya sarankan bagi orang semacam itu untuk keluar rumah dan mencari sesuatu untuk dijadikan alasan yang lebih bagus kenapa dia ingin menulis. Sesuatu yang lebih bisa membuat dia jatuh cinta pada tulisan.
***
Terserah mau anggap apa kegiatan menulis itu bagi anda. Yang jelas saya yakin dunia ini belum begitu kejam kepada anda hingga tidak memberi kesempatan pada anda untuk bisa menulis barang 5 menit sehari.
Patut pula dipertanyakan kemungkinan apa yang membuat anda mengalami writer’s block. Jangan-jangan memang anda membutuhkannya. Jika anda tidak membutuhkannya, anda tidak akan memeliharanya hingga sekian lama. Anda tahu, saat berdalih bahwa anda mengalami writer’s block, saat itu juga anda sebenarnya mendapatkan kenikmatan tersendiri. Ia memberi kenyamanan, memberi kita alibi untuk menjawab pertanyaan kenapa kita tidak kunjung menulis. Padahal, jika saja kita mau meluangkan 5 menit saja, dari sehari waktu kita untuk menulis, kita bisa membuat sebuah buku dalam waktu satu tahun.
Patut pula dipertanyakan kemungkinan apa yang membuat anda mengalami writer’s block. Jangan-jangan memang anda membutuhkannya. Jika anda tidak membutuhkannya, anda tidak akan memeliharanya hingga sekian lama. Anda tahu, saat berdalih bahwa anda mengalami writer’s block, saat itu juga anda sebenarnya mendapatkan kenikmatan tersendiri. Ia memberi kenyamanan, memberi kita alibi untuk menjawab pertanyaan kenapa kita tidak kunjung menulis. Padahal, jika saja kita mau meluangkan 5 menit saja, dari sehari waktu kita untuk menulis, kita bisa membuat sebuah buku dalam waktu satu tahun.
Sebab itu, kurang elok pula jika kita melulu menyalahkan waktu luang atau pun mood atas writer’s block yang kita alami. Karena pada dasarnya keduanya bisa kita ciptakan jika kita sudah jatuh cinta dengan kegiatan menulis.
Percayalah, selalu ada me time di tengah waktu luang untuk nongkrong di warung kopi, istirahat kerja, berkunjung ke bank, pacaran, menulis skripsi, organisasi, dan macam-macam waktu luang lainnya yang bisa bebas anda isi apa saja. Setidaknya, anda bisa mereduksi setiap menit dari me time-me time anda tersebut untuk dikonversi menjadi write time anda. Tapi sebelum itu terjadi, ada baiknya jika anda terlebih dahulu mengalami jatuh cinta. Maksud saya, kepada tulisan. Jika anda sudah jatuh cinta, saya yakin anda tidak akan mau berhenti menulis.
Percayalah, selalu ada me time di tengah waktu luang untuk nongkrong di warung kopi, istirahat kerja, berkunjung ke bank, pacaran, menulis skripsi, organisasi, dan macam-macam waktu luang lainnya yang bisa bebas anda isi apa saja. Setidaknya, anda bisa mereduksi setiap menit dari me time-me time anda tersebut untuk dikonversi menjadi write time anda. Tapi sebelum itu terjadi, ada baiknya jika anda terlebih dahulu mengalami jatuh cinta. Maksud saya, kepada tulisan. Jika anda sudah jatuh cinta, saya yakin anda tidak akan mau berhenti menulis.
Syah
Surabaya, 16 Juli 2011
03.36 a.m –saat si Nia lagi-lagi mengganggu tidurku. Ah, Insomnia…
hmmm...
BalasHapusmenulis seperti makan yah?
makanya jadi tambah ndut, km
ini sudah kurusan lo... ^_^
Hapusayo kita selesaikan novelnya...