Saya baru saja tiba di kos dan sedang duduk-duduk di atas dipan ketika mereka berucap salam tepat di muka pintu kamar. kedua wajah itu tidak asing. mereka adalah orang-orang pertama yang menjamu saya dengang sangat baik ketika saya memasuki lingkungan kuliah. mereka adalah orang-orang yang mengajarkan saya tentang pentingnya manajemen waktu dan juga integritas sosial. ada sebuah adigum: guru yang biasa memberi tahu, guru yang baik mencerahkan, sedang guru yang hebat mengilhami. sejak berhubungan dengan mereka, saya tahu mereka adalah jenis guru nomer tiga.
Usai beberapa kali melempar pertanyaan tentang kabar, mereka masuk ke dalam kamar dan saya pun menjamunya dengan deretan buku yang berjajar rapih di atas meja dan rak. kedua senior itu hanya melihat-lihat tanpa terlihat ingin duduk. di kamar 3x3 meter itu memang tidak ada benda yang terlihat mirip kursi.
"Buku antum begini-begini semua." ucap singkat salah seorang dari mereka sambil melirik ke arah deretan buku dg sebuah buku bersampul merah-hitam menjadi pembatasnya. saya tidak tahu persis apakah benar buku dg judul 'karl-marx and his map of theory' itu yg menjadi fokusnya. yg jelas, saya hanya punya 1 buku jenis itu. tapi bisa jadi yg dia maksud dg "begini-begini semua" adalah buku-buku tebal dg judul berbahasa Inggris yg memang terjajar rapih dibalik buku Marxist tadi. dan begitulah, satu baris komentar singkat itu masih menjadi polemik di pikiran saya hingga sekarang.
Bukan apa-apa, saya mengenal mereka sebagai kumpulan orang yang anti kiri. sedang saya mengagumi baik kiri maupun kanan sebagai sebuah keseimbangan dialektika yg harusnya harmonis. mereka tahu dan sejak tahu hal itu, pandangan mereka terhadap saya jadi lain. mungkin seperti melihat orang yg separuh kafir.
separuh kafir bagi mereka juga bisa berarti separuh sembuh. separuh sembuh berarti masih bisa disembuhkan. mungkin dg alasan itu juga kemarin mereka mendatangi saya malam-malam untuk memberikan selembar undangan permajelisan.
Saya akan datang. tapi mungkin bukan untuk sembuh, melainkan sebaliknya. saya ingin tetap memiliki penyakit ini dan ingin menyebarkan penyakit yang sama pada mereka. saya memiliki penyakit yang membuat saya berpandangan bahwa Islam adalah penengah antara kanan dan kiri dan bukannya penentang. oh, bukan bukan... saya kira Islam adalah sesuatu yangg jauh lebih luas dari kanan atau kiri itu sendiri. dia mampu melihat ke kiri maupun ke kanan sama baiknya dengan ketika melihat ke depan atau ke belakang, ke atas atau ke bawah, dan bahkan dia bisa melihat yg tidak bisa dilihat dg mata. anehnya, saya justru menemukan pemikiran ini setelah membaca buku-buku hiduisme dan budhisme. jenis buku yang tidak akan pernah mau mereka (kader HTI) baca.
salam.
Usai beberapa kali melempar pertanyaan tentang kabar, mereka masuk ke dalam kamar dan saya pun menjamunya dengan deretan buku yang berjajar rapih di atas meja dan rak. kedua senior itu hanya melihat-lihat tanpa terlihat ingin duduk. di kamar 3x3 meter itu memang tidak ada benda yang terlihat mirip kursi.
"Buku antum begini-begini semua." ucap singkat salah seorang dari mereka sambil melirik ke arah deretan buku dg sebuah buku bersampul merah-hitam menjadi pembatasnya. saya tidak tahu persis apakah benar buku dg judul 'karl-marx and his map of theory' itu yg menjadi fokusnya. yg jelas, saya hanya punya 1 buku jenis itu. tapi bisa jadi yg dia maksud dg "begini-begini semua" adalah buku-buku tebal dg judul berbahasa Inggris yg memang terjajar rapih dibalik buku Marxist tadi. dan begitulah, satu baris komentar singkat itu masih menjadi polemik di pikiran saya hingga sekarang.
Bukan apa-apa, saya mengenal mereka sebagai kumpulan orang yang anti kiri. sedang saya mengagumi baik kiri maupun kanan sebagai sebuah keseimbangan dialektika yg harusnya harmonis. mereka tahu dan sejak tahu hal itu, pandangan mereka terhadap saya jadi lain. mungkin seperti melihat orang yg separuh kafir.
separuh kafir bagi mereka juga bisa berarti separuh sembuh. separuh sembuh berarti masih bisa disembuhkan. mungkin dg alasan itu juga kemarin mereka mendatangi saya malam-malam untuk memberikan selembar undangan permajelisan.
Saya akan datang. tapi mungkin bukan untuk sembuh, melainkan sebaliknya. saya ingin tetap memiliki penyakit ini dan ingin menyebarkan penyakit yang sama pada mereka. saya memiliki penyakit yang membuat saya berpandangan bahwa Islam adalah penengah antara kanan dan kiri dan bukannya penentang. oh, bukan bukan... saya kira Islam adalah sesuatu yangg jauh lebih luas dari kanan atau kiri itu sendiri. dia mampu melihat ke kiri maupun ke kanan sama baiknya dengan ketika melihat ke depan atau ke belakang, ke atas atau ke bawah, dan bahkan dia bisa melihat yg tidak bisa dilihat dg mata. anehnya, saya justru menemukan pemikiran ini setelah membaca buku-buku hiduisme dan budhisme. jenis buku yang tidak akan pernah mau mereka (kader HTI) baca.
salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar