Saya terlahir dalam budaya Jawa yang lumayan kental, meski, nyatanya, salah seorang kakek saya ada yang non Jawa. Ia terlahir dengan mata sipit dengan kulit kuning langsat yang cerah. Para tetangga lebih suka memanggilnya, ‘Cina’.
Sampai saya SMP, saya tidak pernah tahu kenapa dia dipanggil begitu. Hanya saja Kakek berikut anak-anaknya tidak pernah nyaman dengan sebutan tersebut. Baru menginjak usia SMP saya sadar kenapa Kakek tidak nyaman. Bagi Kakek, Cina berarti bukan pribumi. Dan bukan pribumi berarti orang asing. Masalahnya adalah, siapa sih yang mau diasingkan?
Sampai saya SMP, saya tidak pernah tahu kenapa dia dipanggil begitu. Hanya saja Kakek berikut anak-anaknya tidak pernah nyaman dengan sebutan tersebut. Baru menginjak usia SMP saya sadar kenapa Kakek tidak nyaman. Bagi Kakek, Cina berarti bukan pribumi. Dan bukan pribumi berarti orang asing. Masalahnya adalah, siapa sih yang mau diasingkan?