i hugged you so tightly, so you won't feel so lonely |
Aku mencoba mengingat suatu hari yang entah kapan tapi pasti pernah kita lalui. Kau tahu, tak pernah ada tanggal bagi kita. Memori itu sering muncul begitu saja tanpa perlu terlebih dahulu aku membuka kalender. Kau duduk di tepian telaga malam-malam. Menangis. Kau umpat dunia dan seisinya yang mungkin akan kau hancurkan jika saja kau mampu. Kau begitu menyukai bulan dan bintang, tapi tidak dengan bumi. Kau bilang, bumi terlihat buruk sebab ada banyak laki-laki di dalamnya.
Nampaknya kau sedang patah hati. Dan entah sudah yang keberapa, aku tak ingat.
“Semua laki-laki itu sama.” Katamu, seolah sudah dikhianati oleh seluruh laki-laki. Seolah-olah kau sudah pernah menjadi kekasih semua lelaki. Kau bahkan menafikan bahwa aku yang sedang memeluk menenangkanmu adalah juga laki-laki. Hanya saja kau lebih suka memanggilku, “adik”. Ah, aku bahkan bukan adikmu…